Using Bing Chat AI for an English Writing Class: a Lesson Idea

I was ‘testing’ Bing Chat AI yesterday, trying to see if it could produce a five paragraph murder mystery story in a compelling manner. I’ve got this inspiration after a discussion with a colleague of how ‘scary’ AI could be, of how it could write a story creatively, worthy of publication as a novel. Somehow it got me thinking of what differenciates human from machine. If creativity is the factor that separates us from machines, well, Chat AI is one of the things that may scare us as it can get very creative. In fact, many artists and writers already fear that it may eliminate their jobs, as it can produce art works/writing to the level of quality of experienced artists and writers.

Anyhow, as a teacher, I personally believe that AI is inevitable, and our students are of the digital generation. Instead of making AI as an enemy, I think we need to equip students with the abilities to employ AI to develop their learning skills. Something of a metacognitive approach to learning. It is due to the situation in which our students are located; they are a generation that has AI in almost every aspect of their daily life. Thus, they need to able to use it for their learning benefits.

And thus, back to my little experiment with Bing Chat AI. I specifically use this platform, as it provides not only the product of a prompt, but also references that it used to generate the product. In that way, I can always crosscheck the original source of the product, to see if the product is valid or true or reliable. I had an experience of asking a question to Bing Chat AI and it gave me a false information, but luckily it had a reference to the source and I quickly discovered why it provided me with the false answer. This feature is missing in ChatGPT and without criticality, one can assume that whatever ChatGPT provides, that is the truth (which is dangerous).

Continue reading “Using Bing Chat AI for an English Writing Class: a Lesson Idea”

Day 3: What is the Best Compliment Someone Has Ever Given to You?

[Hari ke-3 Tantangan 30 hari menulis]

Hari ketiga ini tantangannya adalah mengingat pujian terbaik yang pernah diberikan orang ke saya.

Sejujurnya saya cenderung untuk mengabaikan pujian orang, ke taraf yang saya tak percaya pada pujian orang ke saya. Bukan, bukan saya tak percaya pada orang itu atau meragukan ketulusan orang ketika memuji saya. Ketidakpercayaan saya lebih pada diri saya sendiri, apa betul saya sebagus itu?

Continue reading “Day 3: What is the Best Compliment Someone Has Ever Given to You?”

Day 2: What do You Want to Get Better at?

[Hari ke-2 Tantangan 30 Hari Menulis]

Hari kedua ini tantangannya adalah menulis tentang keterampilan apa yang ingin saya perdalam.

Agak sulit juga menjawab pertanyaan ini karena harus memikirkan dulu keterampilan apa yang sudah saya miliki. Ini macam senjata makan tuan karena pertanyaan ini adalah salah satu tantangan yang saya berikan kepada mahasiswa saya di mata kuliah Business English dalam rangka mempersiapkan mereka untuk proses menulis daftar riwayat hidup dan wawancara pekerjaan.

Ada beberapa minat yang saya punya tapi semakin ke sini saya menyadari bahwa keterampilan saya sungguh minim di minat itu.

Continue reading “Day 2: What do You Want to Get Better at?”

Pramoedya Ananta Toer: Memberontak Melawan Zaman

[Bagian kelima dari Serial Penulis Kesukaan Saya. Ditulis untuk Tantangan Tujuh Hari Sampul Buku Kesukaan]

pramoedya
Pramoedya Ananta Toer

Siapa yang tak kenal Pramoedya Ananta Toer? Salah satu penulis Indonesia yang namanya digadang-gadang untuk dianugerahi penghargaan Nobel bidang sastra ini tentu saja kualitas tulisannya tak diragukan lagi.

Tapi perkenalan saya dengan Pramoedya lebih karena gairah untuk memberontak di masa kuliah. Di jaman Orde Baru, simbol-simbol perlawanan terhadap Soeharto dianggap sebagai sesuatu yang keren, terutama di lingkar pergaulan saya di kampus di Salatiga di masa 90-an. Di masa itu, Salatiga terkenal sebagai kota dengan gerakan perlawanan terhadap Order Baru yang kencang, lewat keberadaan Yayasan Gemi Nastiti (Geni) dan kegiatan-kegiatan diskusinya yang seringkali nyerempet-nyerempet bahaya. Continue reading “Pramoedya Ananta Toer: Memberontak Melawan Zaman”

Agatha Christie: Misteri yang Tak Pernah Membosankan

[Bagian keempat dari Serial Penulis Kesukaan Saya. Ditulis untuk Tantangan Tujuh Hari Sampul Buku Kesukaan]

agathachristie
Agatha Christie

Lagi-lagi salahkan ayah saya karena menulari saya dengan virus membaca, terutama membaca karya-karya ratu cerita detektif: Agatha Christie. Tapi ya memang siapa yang tak kenal Agatha Christie Mallowan? Beliau adalah penulis dari Inggris yang sangat produktif dan sudah menulis 66 cerita detektif, 14 kumpulan cerita pendek serta 1 drama selama 85 tahun masa hidupnya.

Saya bahkan tak ingat lagi sejak kapan saya mulai membaca karya-karya beliau. Mungkin sekitar masa SMA, karena saat itu ayah saya dan saya menjadi anggota persewaan buku milik seorang teman SMA. Saya masih ingat bahwa hampir setiap akhir pekan saya dan ayah saya akan pergi ke persewaan buku itu dan meminjam setidaknya 3-5 buku untuk dibaca di akhir pekan. Karena saya tentu masih tak punya penghasilan, saya bergantung sepenuhnya kepada ayah untuk membayari ongkos sewa buku. Dari 3-5 buku yang kami sewa 1-2 di antaranya adalah pilihan saya, dan cuma 1-2 buku saja karena paling-paling saya bisa membaca buku-buku itu di akhir pekan. Ini juga sebabnya saya bisa membaca buku-buku fiksi dengan sangat cepat karena terbiasa dipaksa harus mengembalikan buku di hari Senin. Continue reading “Agatha Christie: Misteri yang Tak Pernah Membosankan”