Kembali ke 4 Musim, Kembali ke Kebiasaan Ribet

#CeritaMerantau saya: Kembali ke 4 Musim, Kembali ke Kebiasaan Ribet. Dari mulai bangun tidur telat, hingga susah cebok 🙂

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Musim gugur di Ames, Iowa. Kalau lihat dari pakaian saya, nggak dingin-dingin amat 🙂

Seandainya empat musim ini adalah musim durian, musim mangga, musim rambutan, dan musim nangka, mungkin saya akan bahagia empat kali lipat.

Sayangnya, empat musim ini adalah empat musim di negara sub-tropik, dan dua musim di antara saya nggak demen: musim gugur dan musim dingin. Ada beberapa alasan saya tidak terlalu suka dua musim itu, tapi itu bahan untuk tulisan mendatang.

Kali ini saya akan menceritakan beberapa kebiasaan yang kembali harus saya adopsi ketika kembali ke negara 4 musim. Ada untungnya juga sudah pernah tinggal di negara empat musim di utara-utara dan selatan-selatan sono, hingga adaptasi saya kali ini lumayan lancar meskipun ketika saya tiba, musimnya sudah musim gugur yang menggigilkan dengan suhu sekitar 8-14 derajat celsius. Berikut kebiasaan-kebiasaan itu sesuai dengan urutannya dalam seharian:

1/ Bangun beberapa jam lebih lambat di musim gugur dan musim dingin

Yang namanya musim dengan cuaca dingin di sini, bikin bangun tidur jadi usaha yang menantang sekali. Apalagi karena matahari baru terbit jam 7.30. Kalau di luar masih terlihat gelap, ya jangan salahkan kalau saya baru benar-benar melek dan tersadar bahwa hari sudah pagi di atas jam matahari terbit 🙂

2/ Memeriksa ramalan cuaca setiap pagi sebelum beraktivitas

Ini hal yang paling penting untuk dilakukan karena ramalan cuaca menentukan hidup mati saya di hari ini. Sungguh, ini bukan lebay. Dengan tahu suhu, kecepatan angin, curah hujan hari ini, saya jadi tahu harus pakai baju apa, berapa lapis baju yang harus saya kenakan, bawa payung atau tidak, sampai menentukan apakah mau cuci baju atau tidak. Kalau salah kostum, bisa-bisa saya mati kedinginan (mati betulan, bukan gaya bahasa doang loh ini).

manchietoday
Cuaca hari ini 10-14 derajat dari jam ke jam, dengan kemungkinan hujan 10%, dan kecepatan angin 11 km/jam. Cuma butuh coat wool, kaos lengan panjang, dan kaos dalam, plus jins tanpa syal dan topi 🙂 Info dari http://www.metoffice.gov.uk/

3/ Memakai pelembab untuk semua permukaan kulit

Karena di negara empat musim udara jauh lebih kering, memakai pelembab kulit dan bibir itu sifatnya wajib, kalau tidak mau kulit/bibir bersisik njijiki atau pecah-pecah. Belum lagi resiko kena paper cut (kulit tergores pinggiran kertas ketika membolak-balik lembaran buku) atau tersengat arus statik (sensasi kesetrum ketika memegang benda logam seperti tombol pintu). Jadi bukanlah ganjen kalau saya lebih rajin memakai pelembab di sini.

4/ Menjadi kreatif dalam hal buang air di WC

Buang air kecil atau besar di negara ini jadi masalah tersendiri buat saya karena mereka biasanya tidak menyediakan air untuk cebok sama sekali. Yang ada hanyalah kertas tisu. Tak perlu saya jelaskan kenapa ini jadi masalah, kamu pasti bisa bayangkan sendiri kan? Satu-satunya air yang ada di dalam bilik WC adalah air flush di dalam toilet bowl. Jadi, kalau mau BAK/BAB saya harus menyobek kertas tisu secukupnya, memutar keran flush sehingga air keluar muncrat membasahi tisu, barulah menunaikan kebutuhan BAK/BAB, dan setelah selesai lalu menggunakan tisu basah tadi untuk cebok. Tapi tetap saja tak akan bisa sebersih kalau misalnya memakai air di dalam gayung, kan? 😦

Eh gimana-gimana juga, memang lebih enak di negeri sendiri ya? Bangun selalu di jam yang relatif sama karena jam matahari terbit dan tenggelam relatif sama sepanjang tahun. Bisa pergi-pergi tanpa peduli mau pakai baju apa, karena kalau nggak panas pasti hujan dengan suhu yang relatif sama sepanjang tahun. Kulit selalu lembab, tidak bersisik. Dan yang namanya di WC akan selalu ada air untuk cebok, meski kebersihannya wallahu’alam.

Dengan tulisan ini saya menyatakan bahwa saya resmi mulai kena penyakit kangen rumah. Yah, apa boleh buat. Kehidupan saya di kota ini ternyata masih lama sekali!

 

Author: Neny

not your typical mainstream individual. embracing all roles without being confined in one.

2 thoughts on “Kembali ke 4 Musim, Kembali ke Kebiasaan Ribet”

  1. Manchester and Iowa are very different, Neny! Yes, they both have 4 seasons, but in Manchester the temperature almost never drops lower than -4C and usually stays above 0C during the day, even in the middle of winter. The big challenge is rain, not cold. Always go out with a waterproof jacket or coat, and an umbrella. You will be fine 🙂

    Like

    1. I’m about to find it out this winter, Ian! The big difference is also that I arrived to late in autumn so my body didn’t have enough time to adjust. The last time in Ames, I arrived in summer so I was all fine 🙂 Really need to sort out my academic life here so I can start thinking about visiting you. Will let you know when the time comes.

      Like

Share your thoughts!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.