Overanalyze

Masalah mahasiswa di mana-mana itu kurang lebih sama: menerjemahkan maksud sebuah tugas kuliah dengan betul sehingga menghasilkan nilai tugas yang baik ketika si tugas telah dikumpulkan. 

Saya sedang mengalami itu. Beberapa minggu yang lalu, kami harus memasukkan proposal sepanjang 250 kata untuk tugas akhir mata kuliah kami. Seperti biasa saya akan berbingung-bingung dulu sebelum mengerjakan tugas. Dan seperti biasa pula, saya si pemalas akan mengerjakan tugas pada detik-detik akhir ketika tinggal beberapa jam. Tapi sebelum memasukkan tugas saya sempat berbicara dan berdiskusi dengan teman-teman sekelas sebenarnya apa maksud dari tugas kuliah tersebut. Dan hasilnya? Sama-sama bingung! Macam orang buta menuntun orang buta yang lain. Jelas terperosok!

Nilai tugas saya? H2B atau setara B di kelas-kelas berbasis nilai A-E. Si dosen memberikan komentar yang cukup pedas, menusuk, dan mempertanyakan hal-hal yang sangat fundamental yang sebenarnya sudah saya perkirakan sebelumnya ketika menuliskan tugas itu. Sakit hati? Iyalah. Walaupun sudah bisa memperkirakan bahwa hasilnya tidak akan maksimal (karena kebingungan apa maksud dari tugas itu dan karena pengerjaannya yang cuma 2 jam saja), tetap saja komentar bu dosen melukai harga diri mahasiswa straight A macam saya (sombong campur narsis ini hahahaha).

Tapi, bagus juga dikomentari oleh si dosen sehingga saya tahu apa kekurangan proposal saya. Mungkin kedengarannya klise, tapi untuk menyadari kesalahan dan mengetahui maksud dari sebuah tugas, umpan balik dan informasi macam begini diperlukan. Bodohnya saya kenapa sebelum tugas ini dimasukkan saya tidak menanyakan langsung pada beliau. Mungkin kalau saya bertanya, saya jadi paling tidak 80% paham maksud tugas itu harusnya dibuat seperti apa, dan mungkin bisa memasukkan tugas yang akan dianugerahi nilai H1 alias A. 

Dalam hidup juga saya merasa, kadang-kadang saya sok tahu tentang maksud beberapa teman, tanpa menanyakan langsung pada teman-teman saya itu apa maksud mereka. Dan yang terjadi adalah saya sok menganalisa alias overanalyze, tanpa informasi dan umpan balik yang cukup. Walhasil, saya jadi sakit hati atau cemburu atau rendah diri. Padahal ketika akhirnya saya tidak tahan dengan perasaan-perasaan negatif itu dan menanyakan kepada yang bersangkutan, ternyata kesimpulan dari hasil analisa yang saya lakukan sama sekali salah.

Saatnya berhenti sok tahu dan menganalisa tanpa umpan balik dan informasi yang cukup supaya tidak salah paham dan merasa sakit hati! 

Author: Neny

not your typical mainstream individual. embracing all roles without being confined in one.

4 thoughts on “Overanalyze”

  1. Berarti km “PD” bgt Nen,hehhehe….bagus to py PD itu…..Klo aq kdg byk ty dulu ke dosennya (gak th malu deh bertanyanya 🙂 ) tp dosennya seneng koq klo ditanyain 🙂

    Like

Share your thoughts!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.