BFF-Best Friends Forever

Seminggu yang lalu saya menerima kunjungan Nana, teman saya sedari SMP. Seperti biasa, pembicaraan kami sungguh sangat asyik dan mencerahkan. Dari pembicaraan itu kami lantas berpikir, astaga, ternyata kami sudah berteman hampir dua puluh tahun lamanya! Sungguh suatu pencapaian yang bukan main buat saya yang agak-agak memalukan dalam soal mempertahankan pertemanan, walau pun kenalan saya sungguh sangat banyak. Terutama pertemanan dengan teman perempuan. Maklumlah, saya sering lebih ‘nyambung’ dengan teman-teman lelaki karena sifat saya yang sedari dulu selalu tomboy adanya.

Ini membuat saya berpikir siapa saja, ya, teman perempuan yang saya anggap BFF alias Best Friend Forever. Ternyata daftarnya tidak panjang tapi sungguh saya menghargai para BFF saya. Kami termasuk jarang berkomunikasi karena jarak, waktu dan kesibukan masing-masing. Para BFF saya itu semua orang-orang hebat dengan kegiatan mereka yang sungguh mengagumkan. Tapi saya tahu, kalau saya butuh telinga untuk mendengar, bantuan di kala susah, dan otak di kala saya butuh pencerahan, mereka tidak segan-segan untuk turun tangan.

Inilah para BFF saya:

Nana, tentu saja, sahabat saya yang terlama. Kami dulu tergabung dalam satu gang semasa SMA dengan Lily, Lolita dan Tyas. Nana itu orangnya cerdas dan penuh filosofi, dan bicara dengannya selalu membawa pencerahan. Meskipun sudah ‘terlempar’ di Bali dan menjadi manajer HRD di hotel tempat dia bekerja, dia masih punya waktu untuk menulis di blog, mengajar online di situs ini, dan berkelana ke sana kemari. Hebat ya?

Tyas adalah sahabat yang saya temukan lewat seorang teman (hih, ribet ya?) ketika saya masih bego soal Ames, Iowa, Amerika Serikat. Dialah teman saya yang pertama di Ames, yang dengan penuh perhatian membantu mencarikan apartemen dan menampung saya selama beberapa hari sebelum saya pindah ke apartemen. Orangnya pendiam dan pekerja keras (banget!). Teman untuk ngerumpi soal kehidupan mahasiswa graduate dan tentang American football, juga teman belanja groceries yang seru. Hebatnya, bidang ilmu dia yang entomologi pake segala rupa DNA adalah bidang yang masih langka di Indonesia dan dia meraih gelar Ph.D. dari University of Kentucky ketika umurnya belum 30 tahun!

Frances adalah teman diskusi sepanjang masa. Dia rekan kerja di kantor, teman untuk bercurhat, bergosip, dan berbagi ide-ide besar. Orangnya perfeksionis dan workaholic, selalu punya energi untuk mewujudkan ide-idenya. Frances itu, kalau Yudi suami saya bilang, seperti layaknya pacar saya yang setiap hari selalu menghabiskan paling tidak setengah jam untuk ngobrol dengan saya di sela jam istirahat kantor dan selalu menelpon tiap malam selama minimal satu jam untuk meneruskan obrolan kantor! Berbicara dengan dia memang nggak ada matinya!

Anne dan Monica adalah teman-teman saya semasa kuliah Master. Dua-duanya pekerja keras dan selalu menyelesaikan tugas-tugas kuliah jauh sebelum tenggat, beda dari saya yang paling suka menunda mengerjakan tugas sampai detik penghabisan! Saya agak-agak iri dengan mereka karena sekarang mereka sedang bergelut dengan studi S3 mereka, sedangkan saya masih begini-begini saja. Anne yang orang Iowa asli sedang kuliah di Iowa State University, sedangkan Monica yang orang Kolombia sedang kuliah di University of Melbourne. Mereka berdua sama-sama ibu-ibu dengan anak-anak yang masih balita, tapi begitu semangat menyelesaikan studi dan tugas-tugas sebagai ibu dan istri. Buat saya mereka berdua adalah inspirasi, bahwa menjadi istri dan ibu tidak berarti bahwa saya tidak bisa mengejar mimpi saya untuk meraih gelar PhD.

Tentu saja, masih ada beberapa BFF saya yang lain yang belum tersebut di sini, tapi mereka sama pentingnya! Love you all, my BFF!

Author: Neny

not your typical mainstream individual. embracing all roles without being confined in one.

2 thoughts on “BFF-Best Friends Forever”

Share your thoughts!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.